
Suarapertama.com – Warga Desa Pulau Permai menggeruduk rumah kediaman Kepala Desa (Kades) Jhonery, Rabu (14/5) malam.
Mereka menuntut pertanggungjawaban terkait kabar dugaan kepala desa menghamili seorang wanita diluar nikah yang juga merupakan warga desa setempat.
Aksi massa yang dipenuhi emosi ini diwarnai teriakan-teriakan dan sorakan bernada sindiran kepada sang kepala desa. Beberapa warga bahkan meneriakkan kalimat “walid nak dewi,” sebuah ungkapan populer yang menambah riuh suasana di depan rumah Jhonery.
Salah seorang warga yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan kekecewaan mendalam atas perilaku kepala desa tersebut. Ia berharap peristiwa ini menjadi perhatian Bupati Kampar.
Sementara itu, wanita yang dikabarkan menjadi kekasih kepala desa, sebut saja Mawar, memberikan keterangan terkait hubungannya dengan Jhonery. Kepada awak media, Mawar mengaku bahwa awalnya sang kepala desa bersedia bertanggung jawab atas kehamilannya.
“Awalnya dia kan mau tanggung jawab, pernah dia sempat minta gugurkan, dibawanya cari klinik tapi saya gak minum obatnya. Cuma saya bilang aja, iya sudah saya minum gitu aja kan tapi saya gak minum. Kata dia kalo gak mau gugurkan dia siap untuk bertanggung jawab. Dia mengakui kalau itu anak dia,” ungkap Mawar.
Namun, komunikasi antara keduanya kemudian terputus sejak Desember 2024. Mawar mengaku sempat menghubungi Jhonery melalui pesan singkat beberapa hari terakhir untuk memberitahukan kondisinya yang masih hamil.
“Udah saya sampaikan kalau saya masih hamil, cuman dia gak ada respon. Pernah saya minta uang sama dia untuk periksa, Kata dia mau transfer tapi gak juga dan gak ada lagi istilahnya ngasih duit untuk makan, untuk apa gak ada lagi,” lanjutnya.
Mawar juga menyayangkan adanya informasi yang beredar bahwa Jhonery menyangkal adanya hubungan dengan dirinya. Ia menceritakan awal perkenalannya dengan sang kepala desa pada Oktober 2024.
“Kami satu kampung, awal berhubungan dengan dia bulan Oktober 2024. Saat itu saya dibawalah ke tempat ruko dia di sungai pinang, setalah itu di bawanya ke rumah sini mandi di sini habis itu baru pergi di antar ke kos. Kos saya di pekanbaru kemaren,” jelasnya.
Lebih lanjut, Mawar mengaku tidak mengetahui status pernikahan Jhonery karena rayuan dan janji tanggung jawab yang diucapkan sang kepala desa.
Mawar mengatakan, bahwa dia mengetahui kalau sang kepala desa sudah beristri, namun karena bujuk rayu sang kades akhirnya dia mau menjalin asmara dengan kepala desa.
“Katanya dia mau tanggung jawab, diapun udah mengakui kalo ini anak dia Diiming-imingi tanggung jawab, mau menikahi,” tuturnya. Saat ini, usia kandungan Mawar telah memasuki tujuh bulan.
Mengenai aksi warga yang terjadi pada malam itu, Mawar mengaku tidak mengetahui pemicunya secara pasti.
“Saya pun gak tau dari kemarin pihak keluarga saya memang ada nelpon nanya-nanya lagi di mana dan dibilang juga sama kakak, ini orang di kampung masih heboh masalah kamu. Sempat saya takut pulang kesini karna mikirkan orang tua saya,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Desa Jhonery saat dikonfirmasi membenarkan adanya kedatangan warga ke rumahnya. Ia menjelaskan bahwa kedatangan warga tersebut terkait dengan tuntutan seorang wanita yang mengaku hamil olehnya dan meminta untuk dinikahi malam itu juga.
“Ada yg mengaku hamil oleh kades, jadi dia menuntut malam ini untuk dinikahi. mana bisa seperti itu di tes DNA dulu, dimediasi dulu atau diperiksa dulu,” tegas Jhonery.
Lebih lanjut, Jhonery membantah pengakuan Mawar dan menyatakan bahwa wanita tersebut masih memiliki suami. “Padahal dia ada suami. Saya tidak pernah mengakui kalau itu anak saya,” kata Jhonery.
Saat disinggung terkait pengakuan cewek sudah ada hubungan dari bulan 10 tahun 2024. Jhonery mengaku tidak ada. “Sedangkan kemarin kami cari dia dengan suaminya. Cewek ini punya suami,” pungkasnya.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada informasi lebih lanjut mengenai langkah mediasi atau tindakan hukum terkait permasalahan ini. Suasana di sekitar kediaman kepala desa terpantau masih ramai oleh warga yang menuntut kejelasan.