Suarapertama.com – Pemkab Kuantan Singingi (Kuansing) telah menyusun dokumen penataan kawasan Tepian Narosa lengkap dengan perencanaan awal konsep water front city yang mengintegrasikan unsur budaya, ekologi, ekonomi, dan estetika kota.
Dokumen tersebut kini tengah diperjuangkan agar dapat mendapat perhatian dan dukungan dari kementerian terkait di tingkat pusat.
“Kami sudah ekspos di Kementerian Kebudayaan dan Kementerian Pariwisata. Alhamdulillah, ada respon positif, apalagi dengan meningkatnya sorotan terhadap budaya Pacu Jalur yang beberapa waktu terakhir semakin viral,” ungkap Kabid Cipta Karya Dinas PUPR Kuansing Izmayudi Henry, Senin (21/7).
Langkah ini menunjukkan keseriusannya Pemkab Kuansing dalam menjadikan kawasan Tepian Narosa sebagai ikon wisata dan budaya unggulan berbasis Waterfront City. Kawasan ini bukan hanya jantung kota Teluk Kuantan, melainkan juga saksi hidup dari perhelatan budaya terbesar di Riau, bahkan Indonesia, yaitu Pacu Jalur.
“Teluk Kuantan merupakan pusat pemerintahan, tapi juga pusat budaya. Pacu Jalur digelar di sini setiap tahun dan menjadi kebanggaan masyarakat. Namun, sarana dan prasarana kawasan Tepian Narosa saat ini belum memadai untuk menampung potensi besar itu. Maka dari itu, perlu ada penataan terpadu agar kawasan ini lebih representatif dan ramah wisatawan,” sambungnya.
Untuk pembangunan kawasan Tepian Narosa, Pemkab Kuansing membuka opsi berbagai skema pembiayaan. Mulai dari APBD, potensi KPBU (Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha), hingga yang paling diharapkan dukungan penuh dari APBN.
“Dengan kondisi APBD Kuansing yang masih terbatas, sangat besar harapan kami agar pemerintah pusat bisa mengambil peran utama dalam pembiayaan ini. Ini investasi budaya, bukan hanya proyek fisik,” tegasnya.
Rencana penataan kawasan mencakup beberapa infrastruktur prioritas seperti:
• Perluasan taman kota dan ruang terbuka hijau
• Zona kuliner dan UMKM tepi sungai
• Jalur pedestrian dan lanskap tematik khas Melayu
• Tribun penonton permanen untuk festival Pacu Jalur
• Pusat informasi budaya dan cagar tradisi lokal
Saat ini, dinas PUPR telah menyusun konsep penataan umum, namun belum masuk ke tahap Detail Engineering Design (DED). Besaran kebutuhan anggaran belum dirilis, namun dipastikan akan menjadi proyek multi-tahun yang membutuhkan komitmen lintas sektor.
Pengembangan kawasan Tepian Narosa sebagai Waterfront City bukan sekadar membangun ruang kota. Ini adalah investasi budaya, ekonomi, dan peradaban. Dengan dukungan semua pihak, terutama dari pemerintah pusat, Teluk Kuantan akan tampil sebagai etalase kebudayaan Melayu yang modern, inklusif, dan mendunia.
