
Suarapertama.com – Kapolda Riau Irjen Pol Herry Heryawan datang ke Taman Nasional Tesso Nila (TNTN), Minggu (22/6). Kedatangannya untuk melihat langsung kondisi gajah beserta lingkungan di taman nasional itu.
Irjen Herry menyampaikan beberapa poin penting, termasuk pentingnya melindungi gajah dan lingkungan di Taman Nasional Tesso Nilo. Ia juga menyerukan kepada perambah untuk meninggalkan kawasan taman nasional tersebut dan akan mengadakan penanaman pohon sebanyak 790 pohon dalam rangka Hari Bhayangkara Ke-79.
Kapolda Riau juga menekankan pentingnya menyelaraskan kehidupan manusia dan alam serta memberikan keadilan untuk alam dan lingkungan sekitar. Selain itu sebagai komitmen Polri untuk melindungi gajah dan lingkungan di wilayah Riau. Adanya kegiatan ini, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian alam dan lingkungan.
Kapolda Riau Irjen Pol Herry Heryawan juga menegaskan, TNTN merupakan habitat asli satwa liar, khususnya gajah dan Harimau Sumatera. Polda Riau terus melakukan kampanye untuk menyelamatkan hutan-hutan yang ada di Riau dengan penanaman pohon. Selain edukasi, Polda Riau juga berkomitmen melakukan tindakan tegas bagi para pelaku perusakan dan pembakaran hutan.
“Oleh karena itu saya mengajak masyarakat, tokoh agama, tokoh masyarakat, civitas akademika, seluruh pelaku usaha yang ada di Riau terutama di Pelalawan ini untuk mengembalikan rumah gajah itu, kembalikan Tesso Nilo sebagai rumah gajah. Semoga mereka bisa hidup harmoni, dengan alam dan lingkungannya dan juga dengan manusia,” tuturnya.
Dijelaskan Kapolda Riau,kedatangan ke lokasi ini untuk melihat bagaimana hutan Tesso Nilo yang menjadi rumah bagi gajah-gajah yang telah dirusak. Kedatangan ini sekaligus sebagai bentuk dukungan untuk memberikan keadilan bagi gajah-gajah yang hidup di Tesso Nilo.
Saat warga meminta keadilan untuk menduduki lahan beberapa waktu lalu, bagaimana dengan hak hidup para gajah yang habitatnya dirampas untuk kepentingan manusia.
“Hari ini, kami turun langsung ke jantung Taman Nasional Tesso Nilo. Saya mewakili gajah-gajah yang ada di belakang saya, yang tidak bisa menulis puisi membacakan puisi, yang tidak bisa membuat petisi, yang tidak punya toa untuk menyuarakan keadilan,” tukasnya.